Bila kita melihat daftar keturunan Adam di dalam Kejadian 5, kita melihat daftar nama-nama beserta umurnya dicatat. Adam hidup mencapai 930 tahun kemudian Set hidup 912 tahun, Enos 815 tahun, Kenan 910 tahun, Mahalalleel 850 tahun, Yared 962 tahun, Henokh 365 tahun, Metusaleh 969, Lamekh 770 tahun.
Di jaman ini umur manusia begitu panjang tetapi setelah peristiwa air bah umur manusia menjadi pendek. Kita tidak akan membahas mengenai kerusakan kosmik yang mengakibatkan umur manusia menjadi pendek setelah air bah. Tetapi melihat daftar di atas kedua yang paling tinggi umurnya adalah Metusaleh ( tertinggi – 969 ) dan kedua adalah Yared ( 962 ). Di tengahnya ada seorang yang umurnya paling pendek yaitu Henokh ( 365 ).
Secara umum manusia beranggapan bila umur panjang adalah beruntung dan berumur panjang adalah diberkati. Tetapi kita melihat bahwa arti seseorang diberkati dan arti hidup adalah bukan dari panjang pendeknya. Yang paling penting adalah akhirnya. Kita melihat hidup Henokh adalah yang terpendek. Tetapi Alkitab mencatat sesuatu yang istimewa dari hidup Henokh dimana yang lain tidak dicatat yaitu Henokh bergaul karib dengan Allah. Dan kemudian Alkitab mencatat bahwa Henokh diangkat oleh Allah. Di Alkitab hanya dicatat dua orang yang diangkat naik oleh Allah yaitu Henokh dan Elia. Mereka adalah orang khusus dan mereka hidupnya dihargai Allah.
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Ef 2:10)
Pada ayat ini dimulai dengan pernyataan kita ini buatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus. Ada beberapa pemikiran yang ingin kita bahas yaitu :
1.Natur dan identitas kita.
Buatan Allah adalah natur dan identitas kita sebagai manusia. Kita diciptakan oleh Allah. Dan kita adalah gambar dan rupa Allah. Pengertian siapakah manusia dan naturnya adalah membuat hidup kita mempunyai meaning. Sebab kita mengerti siapa kita dan bagaimana kita harus hidup. Kita mempunyai dignitas.
“ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” ( Kejadian 2:7 )
Manusia adalah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan diciptakan untuk berelasi dengan PenciptaNya. Menjadi manusia adalah menjadi manusia di dalam keutuhannya di dalam relasinya dengan Tuhan Allah. Bila kita melihat natur manusia maka Natur manusia bukan trikotomi ( terdiri dari tubuh, jiwa dan roh yang terpisah) dan juga bukan dikotomi ( terdiri dari tubuh dan jiwa/roh yang terpisah ). Mengapa dikotomi bukan pandangan yang benar mengenai natur manusia ? Sebab dikotomi melihat tubuh dan jiwa itu dibedakan dan bukan satu keutuhan. Dikotomi juga lebih menekankan keduaan sedangkan Alkitab menekankan natur manusia sebagai kesatuan tetapi bisa dipilah bagian fisik materi dan bagian jiwa non materi sebagai satu kesatuan dari 2 sisi mata koin ( duplex ).
Renungan mengenai hidup dan penderitaan dari kitab Pengkhotbah dan Ayub
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” ( Pengkhotbah 3:11 )
Seringkali banyak hal di dalam hidup ini yang tidak kita mengerti. Kita tidak mengerti mengapa kita menderita. Kita tidak mengerti mengapa orang baik menderita dan orang jahat makmur. Kita tidak mengerti mengapa Ayub menderita ? Kita tidak mengerti mengapa Tuhan melahirkan kita di dalam keadaan seperti ini ? Mengapa nasib saya begini ? Dan kita bertanya : mengapa ? Kita bertanya : kenapa ? Kemudian kita ingin tahu jawabannya. Kita ingin mengenai arti di dalam semuanya ini. Kita ingin mencari makna di dalam penderitaan ini. Kita ingin mencari jalan keluar dari penderitaan. Ingin mengerti dan ingin mengatasinya.
Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. ( 1 Yohanes 1:6-7 ).
Allah adalah terang. Dia adalah terang sejati dan terang mempunyai sifat yang adalah benar, kudus, hikmat, mencerahkan, hidup, kasih dan menyatakan kesalahan serta menyoroti kegelapan. Jika kita tinggal di dalam Allah melalui AnakNya maka kita harus hidup di dalam terang. Ketika kita hidup di dalam terang maka kita makin mengenal Allah, makin mengenal diri dan makin mengenal sesama kita juga.
Ketika kita berada di dalam keadaan yang baik-baik mungkin lebih mudah bagi kita untuk “melayani” dan “mengasihi” Tuhan. Tetapi seringkali kesulitan atau bahkan penderitaan dapat menjadi ujian apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan. Dan ketika kesulitan atau bahkan badai di dalam kehidupan kita datang, hal ini dapat membukakan apakah isi hati kita yang sesungguhnya.
Saya ambil contoh satu cerita seseorang yang bernama May. May seorang gadis yang senang belajar Alkitab. May aktif di gereja dan dikenal sebagai seorang yang suka melayani. Sampai satu saat May mengalami krisis ketika dia ditinggal oleh kekasihnya Steve. Dan karena kejadian pahit itu, May menyalahkan Tuhan dan dia meninggalkan pelayanan.
Seringkali kita mendengar argumen agamawi mengapa seseorang harus berbuat baik ? Yaitu supaya orang yang berbuat baik masuk ke dalam surga. Kemudian kalau kita mengerti secara lebih jelas pengertian ini maka pengertian surga disini adalah kehidupan di masa depan. Kalau kita ganti kata “surga” dengan kata “hidup yang kekal” maka pengertian hidup yang kekal dimulai di masa depan dan bukan dimasa sekarang. Argumennya karena hidup sekarang ini adalah hidup yang sementara dan kita toh akan mati. Hidup sekarang ini adalah hidup yang terbatas dan fana. Jadi hidup yang kekal bukan dimulai di masa ini tetapi dimasa depan.
Pengertian ini sepertinya kelihatan sesuai persis dengan tepat seperti apa yang Alkitab katakan bahwa hidup yang kekal itu di masa yang akan datang belaka. Ada beberapa ayat yang mengatakan :
“Dan setiap orang yang karena namaKu meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan menerima hidup yang kekal.” ( Matius 19:29 )
Si jahat selalu menawarkan kepada kita banyak sekali tawaran kenikmatan diri melalui berbagai cara. Ketika hati kita dipikat maka kita jatuh di dalam penyembahan berhala. Ketika kita menyembah berhala maka kita tidak menyembah Allah. Dan ketika kita tidak menyembah Allah maka kita menyembah diri. Dan ketika kita menyembah diri maka kita adalah orang-orang yang paling malang. Kita akan diikat oleh diri dan segala nafsunya. Hidup yang demikian adalah neraka.
Apakah anda ingin neraka atau surga ?
Jalan ke surga adalah jalan paradoks. Ketika anda memilih jalan yang sempit ini maka anda sebenarnya memilih jalan kematian terhadap diri. Jalan hidup adalah jalan melalui kematian diri. Dan jalan ini dimungkinkan dengan jalan salib, bukan jalan mulia. Karena itu marilah kita semua jangan mau ditipu sama si jahat untuk mengambil jalan mulia. Jalan salib adalah mengikuti teladan Yesus Kristus. Dan mengikuti teladan ini dimungkinkan kalau Yesus Kristus terlebih dahulu masuk ke dalam dunia dan masuk ke dalam hati kita.