- Details
- Hits: 1360
Judul Thesis : SEJARAH PEMAHAMAN DOKTRIN TRINITAS DALAM PEMIKIRAN BAPA-BAPA GEREJA AWAL SAMPAI KONSILI CHALCEDON
Pengarang : Jeffrey Lim, B.Comp, M.C.S
Jumlah Halaman : 180an
ABSTRAK
Setelah zaman para rasuli, Gereja mula-mula terus bergumul dalam upaya untuk memahami dan memformulasikan konsep Allah Tritunggal di tengah konteks polemik dengan pemahaman heretic yang berkembang pada masa itu. Pemahaman konsep Allah Tritunggal secara lengkap seperti yang kita miliki sekarang belum di jumpai dalam tulisan Bapa-bapa Rasuli, antara lain Clement dari Roma, Ignatius, Polycarp. Konsep Allah Tritunggal baru mulai terlihat dalam tulisan Bapa-bapa Gereja pada abad ke-2 dan ke-3 seperti Justin Martyr, Irenaeus dan Tertullian. Dalam sejarah perkembangan doktrin Allah Tritunggal dari abad ke-2 sampai abad ke-5, pada awalnya perdebatan teologis berlangsung antara Gereja dengan ajaran heretic modalisme, yang berpandangan bahwa Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus adalah satu pribadi Allah dengan tiga peran. Ajaran ini dilawan oleh Tertullian. Pada tahap berikutnya Gereja berhadapan dengan ajaran heretic Arianisme yang menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati, sehingga terselenggara Konsili di Nicaea (325), yang kemudian merumuskan Pengakuan Iman Nicaea. Salah seorang Bapa Gereja yang berperan penting dalam konsili Nicaea adalah Athanasius. Di dalam Pengakuan Nicaea ditegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, Allah sejati dari Allah sejati, yang mempunyai substansi yang sama dengan Allah Bapa.
Setelah Konsili Nicaea, ternyata Arianisme tetap berkembang dan di dalam periode ini Bapa-bapa Kapadokia meneruskan perjuangan Athanasius. Pertikaian teologis dengan Arianisme berakhir di dalam Konsili Konstantinopel (381). Pada masa yang sama, perdebatan teologis lainnya yang dihadapi oleh Gereja adalah dengan ajaran heretic Macedonianisme, yang tidak percaya bahwa Roh Kudus juga adalah Allah sejati. Perdebatan ini juga diselesaikan dalam Konsili Konstantinopel. Perdebatan teologis berikutnya berlangsung ketika Gereja harus menghadapi ajaran heretic Apollinarisme, yang menyangkal bahwa Yesus Kristus mempunyai jiwa manusia (human soul). Apollinarisme juga juga ditolak dalam Konsili Konstantinopel.
Sesudah itu, Gereja bergumul untuk memahami natur dan pribadi Kristus. Pergumulan ini dipicu oleh ajaran heretic Nestorianisme yang berpandangan bahwa Yesus Kristus mempunyai dua pribadi dan dua natur yang terpisah serta natur gabungan Allah dan manusia di dalam diriNya. Ajaran heretic ini ditolak di dalam konsili Efesus (431). Dan terakhir, Gereja menghadapi ajaran heretic monofisit yang berpandangan bahwa Yesus Kristus hanya mempunyai satu natur. Ajaran ini kemudian ditentang di dalam Konsili Chalcedon (451), dimana para Bapa Gereja mencapai pemahaman serta perumusan final mengenai dua natur (Allah dan manusia) di dalam satu Pribadi Yesus Kristus, yang diyakini oleh Gereja Universal hingga hari ini.
Pada pertengahan masa antara Konsili Nicaea dan Konsili Konstantinopel, hiduplah seorang Bapa Gereja Agustinus (354-430), yang memformulasikan doktrin Allah Tritunggal secara lebih rinci dan komprehensif di dalam bukunya, On the Trinity. Dengan demikian Gereja Universal kini memiliki warisan mengenai doktrin Allah Tritunggal dari Agustinus dan mengenai dua natur Kristus dari Konsili Chalcedon.
Untuk mendapatkan thesis ini, anda dapat email ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
"The most excellent study for expanding the soul is the science of Christ, and Him crucified, and the knowledge of the Godhead in the glorious Trinity." - J. I. Packer